Syamil Qur'an dambaan Astuti

Syamil Qur'an dambaan Astuti



Syamil Qur’an dambaan Astuti








            Nampak memerah warna senja dilangit Jakarta. Astuti menghela nafas panjang melihat keranjang sampahnya. Tak sampai tiga kilo bekas botol minuman dan beberapa kertas bekas yang bisa dijual kepada tengkulak.
            Lima ribu rupiah, cukup nasi sebungkus dengan lauk tempe tahu dan seminggu yang lalu pun sama. Kapan uangnya terkumpul untuk membeli Al Qur’an.
            Astuti usia 9 Tahun yang tak lagi bisa bersekolah karena kekurangan biaya. Seorang yatim piatu dan tinggal dirumah kerdus bersama teman temannya yang bernasib sama. Beruntung Ustadzah Aisyah mau mengajarkan Iqra kepada mereka sehingga astuti bisa belajar mengaji.
            “Tuti, mulai besok  sudah bisa mengaji dengan menggunakan Al Qur’an besar, karena kamu sudah lulus Iqra jilid 6

“Alhamdulillah, jazakumullahukhoiron katsiran. Lalu bagaimana dengan Alqur’annya . Tuti belum  memiliki Alqur’an?.
“Saya akan pinjamkan Astuti Alqur’an. Namun Astuti harus menjagannya baik baik. Tempatkan di tempat yang baik jangan kotor dan jangan ditumpuk dengan barang lain karena Alqur’an adalah Mushab yang harus kita jaga dan amalkan. Nanti kalau rusak dan kotor tuti tidak bisa membaca Alqur’an lagi.
“Insya Allah Ustadzah. Tuti akan jaga
“Jika kamu sudah khatam Al Qur’an jangan lupa untuk membacanya tiap hari sehabis sholat wajib. Pahami Artinya Insya Allah hidupmu akan sejalan dengan perintah Allah.
Masih terngiang  perintah Ustadzah Aisyah menjaga Al Qur’annya dengan baik. Namun siang itu api membakar seluruh pemukiman para pemulung, rumah kardus Astuti pun ikut terbakar. Tak ada yang bisa diselamatkan dari kebakaran semuanya habis dimakan Si Jago Merah. Astuti sedih teramat dalam bukan karena rumah kardusnya ikut terbakar  amanah Ustadzah Aisyah untuk menjaga Al Qur’an tak bisa ia jaga.
Siang Malam Astuti bekerja mencari barang bekas agar bisa menabung membeli Al Qur’an. Tak mahal memang harga sebuah Alqur’an. Namun untuk penghasilan sebagai seorang pemulung yang cukup buat makan sekali mengumpulkan uang seratus rupiah sehari saja sulit sekali.
Astuti menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli Al Qur’an hingga hari ke 7 . Hari ini ia sangat senang bisa membeli Alqur’an yang ia idamkan. Namun ditengah jalan Astuti melihat seorang kakek terjatuh diserempet motor lukanya cukup parah.Jalanan sepi hanya ada astuti disana
“Kek. Saya bantu ya membawa kakek ke puskesmas dekat sini
“Kaki kakek sakit sekali, Nak kakek tidak bisa berjalan
“Saya akan carikan angkot atau ojeg dekat sini kek
Astuti mencoba mencari bantuan cukup jauh ia berjalan hingga akhirnya menemukan tukang ojeg.  Tukang Ojeg tidak mau membantu sebelum ia yakin ongkos ojegnya dibayar. Tanpa Pikir panjang lagi Astuti memberikan seluruh uang tabungannya untuk membayar tukang Ojeg
Sampai di puskesmas, kakek mendapatkan perawatan intensif. Astuti tak bisa meninggalkan kakek itu seorang diri. Astuti menunggu  anggota keluarga kakek agar ia tenang meninggalkan kakek itu di Puskesmas
Ustadzah Aisyah berlari menuju kamar Perawatan kakek. Ia berlari sambil meneteskan air mata. Cukup lama ia di ruang Perawatan dan akhirnya keluar lalu menghampiri Astuti
“Syukron Adikku , Kamu sudah menolong Ayah Saya
“Alhamdulillah. Ya Allah Ayah Ustadzah bisa tertolong
Senang akhirnya Astuti bisa menolong Ayahanda Ustadzah. Walau tidak bisa membeli Alqur’an namun bisa menolong seseorang sungguh indah. Ada hari esok untuk menabung kembali membeli Syamil Qur’an dambaan Aisyah
497 huruf
Cerita ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Cerita Cinta Alqur'an

 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung di Rumah Nayma

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda